Akal sering digunakan sebagai sinonim untuk intuisi, namun keduanya merupakan entitas yang sangat berbeda.
Intuisi adalah kemampuan intuitif untuk secara sadar melihat, memahami, menafsirkan, dan mengintegrasikan informasi dengan cara yang mencerminkan apa yang sudah diyakini, percaya bahwa itu benar. Nalar adalah entitas yang sama sekali berbeda, itu adalah proses analitis, deduktif, analitis yang berlaku untuk semua bidang kehidupan, termasuk sains dan politik.
Meskipun kemampuan intuitif dapat disempurnakan dan diasah, harus diingat bahwa mereka subjektif, bukan objektif. Nalar, di sisi lain, memiliki nilai obyektif dan membutuhkan evaluasi peristiwa yang konsisten untuk sampai pada kesimpulan yang pasti, yang kemudian digunakan untuk memandu tindakan seseorang dan membuat keputusan. Sementara kekuatan penalaran, seperti intuisi, penting bagi keberadaan kita, itu jauh lebih kompleks daripada yang pertama dan sering dianggap sebagai keterampilan yang diperoleh.
Alasannya pada dasarnya adalah seperangkat aturan dan prinsip untuk mengatur perilaku kita dan tanggapan kita terhadap situasi dalam kehidupan sehari-hari. Ini pada dasarnya adalah sistem nilai yang kita terapkan pada semua aspek kehidupan kita. Nalar membantu kita memecahkan masalah dan memecahkan ketidakpastian. Tanpanya kita akan hidup dalam ketidakpastian yang konstan.
Nalar penting karena ini adalah salah satu alat terpenting yang kita miliki untuk memahami dunia di sekitar kita. Kita bisa menggunakan akal untuk membantu diri kita sendiri dan orang lain. Contoh yang baik dari ini adalah ketika kita menalar ide kita menjadi tindakan, seperti ketika kita berdebat dengan teman atau anggota keluarga.
Argumen kami didasarkan pada informasi yang kami berikan, jadi kami akan dapat mencari alternatif yang lebih baik jika kami menggunakan metode ini secara konsisten.
Akal juga bisa digunakan untuk mengontrol dunia di sekitar kita. Misalnya, dalam sains, kita menggunakannya untuk membuat prediksi tentang masa depan, seperti dengan memprediksi evolusi kehidupan, atau pembentukan planet. Hal ini memungkinkan kita untuk lebih memahami sifat realitas dan tempat kita di dalamnya.
Sebagai manusia, sering dikatakan bahwa nalar setiap orang dapat diterapkan, kecuali nalar-nya sendiri. Alasan hanya bisa diterapkan pada hal-hal yang sudah ada. Dalam kasus ini, alasan untuk melakukan sesuatu hanyalah tidak adanya alternatif atau solusi yang lebih baik. Bukan tidak adanya alasan itu sendiri, karena jika ada alternatif yang lebih baik, itu tidak akan ada sejak awal.
Hal kedua yang perlu dipahami tentang nalar adalah bahwa ia sering dianggap mutlak. Nalar, tidak seperti intuisi, mampu tidak hanya untuk satu hal tetapi banyak hal. Misalnya, penggunaan penalaran dalam sains dan politik tidak dapat diterapkan pada hal-hal yang bersifat fisik sepenuhnya. Karena penalaran adalah proses analitis, itu hanya dapat diterapkan pada hal-hal yang memiliki hubungan logis dan kausal, termasuk hal-hal seperti ruang dan waktu, atau bahkan materi dan energi.
Hal ketiga yang harus dipahami tentang akal adalah bahwa ia tidak pernah final.
Akal tidak dapat diganti dengan pengetahuan atau apapun karena apapun yang telah dipelajari oleh orang yang menggunakannya. Akal tidak bisa menggantikan sebuah pengalaman, misalnya, karena pengetahuan selalu berkembang dan belajar. Akal tidak dapat menggantikan pengalaman pribadi karena, sebagai proses analitis, selalu berubah.
Alasan harus selalu dipertanyakan dan dianalisis. Sejauh yang diketahui, selalu ada sesuatu yang masih belum diketahui atau belum ditemukan tentangnya. Sebanyak bisa memberikan kepastian, tidak bisa memberikan kepastian tentang hal-hal yang sudah dipahami atau sedang dipelajari. Alasan di balik ini adalah bahwa pengetahuan selalu dapat diperluas dan tidak terbatas pada bidang sains yang terbatas, seperti fisika dan kimia.
Hal keempat yang harus dipahami tentang akal adalah bahwa ia dapat diukur. Nalar tidak hanya didefinisikan sebagaimana adanya bagi pikiran manusia, tetapi juga diukur menjadi rumus atau sistem matematika yang memungkinkan seseorang untuk mengukur kekuatan dan kegunaannya. Misalnya, rumus matematika atau sistem persamaan dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana kekuatan gaya tertentu bekerja pada benda, yang kemudian dapat dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan sifat benda lainnya.
Terakhir, hal kelima yang perlu dipahami tentang nalar adalah bahwa nalar dapat diubah, diperbaiki, dan bahkan dikembangkan berdasarkan tujuan penetapan tujuan seseorang. Jika seseorang ingin memperbaiki hidupnya, mungkin saja seseorang mengubah pikirannya tentang apa yang mereka yakini benar dan mulai bernalar dengan cara baru. Jika seseorang ingin menambah ilmunya, dia dapat menggunakan ilmu yang telah dimilikinya dan mulai mencari cara-cara yang sebelumnya terlewatkan atau diabaikan.